Minggu, 15 Agustus 2010

Cegah Harakiri Peradaban dengan Moral

JAKARTA - Saat ini peradaban dunia berada pada tataran 'how'. Artinya, manusia gencar menciptakan sesuatu. Sayangnya, kegencaran tersebut tidak diimbangi dengan kekritisan untuk bertanya, mengapa (why) kita harus menciptakan sesuatu? Akibatnya, marak terjadi penyalahgunaan. Jika peradaban yang dibangun adalah peradaban 'how' maka yang terjadi adalah harakiri peradaban.

Pernyataan tersebut disampaikan Syafii Ma'arif dalam diskusi Implementasi Catur Dharma di Perguruan Tinggi, baru-baru ini, di Kampus Terpadu Universitas Muhammadiyah Yogyakarta (UMY).

"Untuk itu perlu peran perguruan tinggi sebagai agen percontohan moral agar terjadi keseimbangan antara kecerdasan intelektual dengan kecerdasan hati. Sehingga kita bukan hanya berpikir 'how' namun juga berpikir 'why'," urai Syafii seperti disitat dari situs UMY, Sabtu (14/8/2010).

Menurut Syafii, kecerdasan hati dan kecerdasan intelektual akan melahirkan kearifan global, yaitu cara berfikir global. Syafii menilai, Tri Darma Perguruan Tinggi yang meliputi pendidikan, penelitian dan pengabdian pada masyarakat belum cukup menciptakan pendidikan yang lebih baik. Sebab, banyak orang cerdas secara intelektual namun sangat kurang kecerdasan hatinya.

"Oleh karena itu perlu sebuah darma lagi agar tri dharma tersebut menjadi catur dharma yakni dharma perguruan tinggi sebagai percontohan moral," imbuhnya.

Selain menggagas Catur Dharma Perguruan tinggi, Syafii juga mengingatkan, para pengajar harus berpikir dan mengajar kreatif. “Seorang pengajar atau dosen harus selalu banyak membaca dan memperbanyak pergaulan. Jangan pernah berhenti membaca,” tegasnya.

Selain itu, para pengajar juga sebaiknya menerapkan proses belajar mengajar yang dua arah dan seimbang antara guru dan murid.
(rhs)